Menulis di detik-detik terakhir tantangan bertema #AkudanSekolahku dari #1minggu1cerita adalah luar biasa.. Mulai 'agak' sibuk menjelang hari Raya Idul Adha besok hari.. :D
Boleh dibilang saya adalah penduduk nomaden di Indonesia ini haha. Lahir, besar, dan keturunan dari kota-kota yang berbeda. Saya lahir di Bandung, dibesarkan dibeberapa kota di Indonesia, dan garis dari keturunan Minangkabau yang tak pernah tinggal di sana. Ini karena pekerjaan ayah saya yang selalu berpindah-pindah. Lahir di Bandung karena ibu saya melahirkan saya beberapa hari setelah Idul Fitri padahal kami masih tinggal di Surabaya karena ayah saya bekerja di sana. Ikut lahir di Bandung, karena saat itu ikutan "mudik" yang notabene keluarga ibu saya sudah merantau dari Sumatera Barat ke Bandung sejak puluhan tahun lalu. Kemudian sejak umur 2 bulan saya kembali dibawa orangtua untuk hijrah kembali ke Surabaya.
Mungkin hal yang membuat saya bingung ketika menulis CV adalah saat menuliskan riwayat sekolah. Mengapa? karena saya masuk di sekolah mana lalu lulus bisa di sekolah yang berbeda. hehehe. Berawal TK Pertiwi II Bandung, kemudian melanjutkan ke SD Soka V Bandung, pindah SDN Semolowaru Surabaya, dan akhirnya harus pindah lagi SD Hang Tuah X Sidoarjo. Nah itu baru SD, dalam 6 tahun sekolah saya bisa 3 kali pindah sekolah. :D Lanjut ke SLTP Al-Falah Sidoarjo lalu pindah ke SMP Taman Asuhan P. Siantar (Sumatera Utara). Alhasil saya memutuskan untuk menuliskan riwayat sekolah terakhir di CV saya. Bercerita sedikit soal kehidupan SD ke SMP, untuk soal adaptasi mungkin saya bisa disebut "mahir" dalam hal ini, kenapa tidak? Sudah terbiasa pindah-pindah mewajibkan saya harus bisa cepat punya teman. Kalau satu kota sih mungkin lebih cepat, tapi kalau beda kota? Itu masalahnya. haha Di SLTP Al-Falah Sidoarjo adalah sekolah muslim full day yang kelasnya di pisahkan antara laki-laki dan perempuan. Nah, kalau punya kecengan, ketemunya paling pada saat upacara atau makan siang. hahaha di sekolah ini juga jiwa olahraga saya bertambah muncul. Senang olahraga sejak kecil mendorong saya untuk ikut turnamen sekolah bidang bulutangkis. Beberapa turnamen diikutkan walau tak sampai dapat mendali. Gugur selalu di semifinal. Gapapa ambil pengalaman saja. Sejak itu sempat berpikir untuk jadi atlet bulutangkis saja. :D
Sejak memutuskan untuk pindah dari SMP di Surabaya ke SMP di Pematang Siantar, kota kecil di Sumatera Utara permasalahannya adalah pada bahasa, dari yang jawa medog trus jadi melayu. Banyak kosa kata yang sangatlah berbeda. Awal perkenalan saja saya sudah jadi bahan tertawaan teman-teman saat itu, karena logat saya. Butuh adaptasi yang lama untuk menyesuaikan logat. Kadang juga suka gak nyambung, karena beda pemahaman dan bahasa. tapi saya tak berhenti berjuang, akhirnya saya bisa belajar bahasa melayu/batak dengan logat jawa. hahaa
Ketika akan masuk ke sekolah menengah atas akhirnya saya dan orangtua memutuskan untuk merantau ke Bandung agar SMA saya tidak lagi pindah-pindah, karena saat itu ada isu bahwa orangtua saya akan dipindahkan kembali ke beda kota. SMAN 22 Bandung adalah pilihan yang tepat untuk tumbuh menjadi remaja menuju dewasa di sana. Dengan segala macam orang di sana. Niat saya dan orangtua juga adalah supaya saya bisa masuk Universitas Negeri di kota Bandung. Hidup remaja tanpa tinggal bersama orangtuapun menjadi kendala. Bakal lebih sering nangis dan homesick. Setiap hari ditelepon, sms, dan tak henti-hentinya memberikan nasihat kepada anak perempuannya ini. Harus bisa jaga diri. Dilahirkan dari anak pertama dan perempuan satu-satunya. Awalnya saya tidak lagi ingin pindah-pindah sekolah, cape mungkin yah, harus cari teman baru, adaptasi lingkungan dan bahasa, serta watak teman-teman. Agak sedikit ada penolakan dalam diri yang berakibat nilai di semester awalpun tak seindah yang lain. :D karena adaptasi di saat usia remaja itu agak lebih sulit. Masalah logat dari melayu ke sunda, dari keras ke lembut, suka banyak yang salah paham karena logat, dan lagi-lagi jadi bahan candaan teman. Tak jarang suka berpikir harus lebih kuat dari mereka yang sudah lama di sini. Perbedaan itu ada dan belajar menyamakannya. Lalu di SMA sayapun dipanggil "Butet" walau saya bukan orang batak. hahaha ciri khas. Di SMA inilah saya mengeksplor diri dengan banyak mengikuti kegiatan, seperti; basket, badminton, OSIS, DKM, dsb. Tujuannya selain bersosiaisasi juga cari banyak teman. ;) Maklum orang perantauan dan ngilangin rasa homesick. :D Di sini juga saya menemukan hoby, olahraga. Mengikuti berbagai turnamen basket dan juga badminton antar sekolah.
Lalu Alhamdulillahnya saya masuk Universitas Padjadjaran Bandung Jurusan Teknik Informatika (D3). Awalnya saya tidak begitu berminat dengan jurusan ini, dulu jurusan ini tak cukup diminati karena masih sedikit universitas yang membuat prodi ini. Dulu, saya ingin masuk jurusan kedokteran atau komunikasi. hehehe. Sebelum saya diterima jurusan Teknik Informatika, saya sudah diterima di Universitas yang sama dengan jurusan Broadcasting. Bahagia bangeeet, selain karena suka, tesnya juga seperti kerja di bidang broadcasting. Namun, pertimbangan orangtualah yang saya ambil. Akhirnya saya melepasnya dan mengambil jurusan IT beberapa bulan setelah itu. Menyesal? sedikit Kejebak dan salah jurusan? awalnya iya tapi lama-lama sih menikmatinya.. :D Saya yakin pilihan orangtua akan lebih baik dari apa yang kita pikirkan... hehehe So, enjoy your life. Himpunan adalah keluarga ke-2 saya untuk bisa terus beradaptasi dengan watak dan lingkungan... hehehe
Setelah lulus D3 saya melanjutkan ekstensi (S1) ke Universitas Komputer Indonesia dengan jurusan yang sama. Saat itu ekstensi di Unpad tidak lagi dibuka. Maka kami harus mencari alternatif lain untuk melanjutkan kuliah. Kalau gak langsung dilanjutkan takut keburu malas. hehe Kuliah ini ada kuliah yang paling berat untuk saya. Saat itu saya masih bekerja di perusahaan swasta yang cukup disiplin soal waktu. Susah untuk ijin, gak ada toleransi soal keterlambatan, dll. Bekerja di salah satu penerbitan buku ternama di Indonesia menjadi tim redaksi adalah hal yang membanggakan dan cukup menguras tenanga dan waktu, nonstop. Kuliah setiap Senin-Sabtu dari jam 5 sore sampai 10 malam. Pikiran dan tenaga harus pintar membaginya karena selain jarak yang cukup jauh dari rumah ataupun kantor ke kampus, waktu, tugas, dan fisik. Yaaa kuliah di jurusan Teknik Informatika banyak tugas-tugas yang bukan hanya tulisan tapi juga membuat aplikasi. Rasanya waktu saat itu begitu cepat. Saya hanya punya waktu dari jam 10/11 malam sampai subuh untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Kalau ketiduran, saya harus mengerjakannya siang hari jam istirahat. hahahaa Rasanya saat itu pengen cepet-cepet lulus. Belom lagi tekanan dosen yang "gak" membedakan mahasiswa karyawan dengan reguler. Kuliah di teknik juga membuat pola hidup saya kurang baik, banyaknya tugas juga menyebabkan kurang tidur dan berakibat insomnia. :( apalagi saat ekstensi, seperti kelelawar, mata harus terus standby hingga subuh menjelang. Tapi, saya tak menyesal dengan semua itu, pasti ada pelajaran dibalik semua perjalanan.
Saat ini saya sudah lebih dari 4 tahun bekerja di lingkungan yang dulu jurusannya saya inginkan, FK Unpad/RSHS. Di sana saya juga seperti sekolah, mempelajari artikel-artikel tentang kedokteran dan kesehatan. Mempelajari secara otodidak tentang kesehatan dan pengobatan. Saling bertukar pikiran dengan para dokter di sana yang juga atasan saya dari berbagai spesialis. Rasanya sih pengen kembali untuk melanjutkan sekolah ke S2. Pengennya sih gak jurusan yang sama, udah "kebul" otaknya haha. Tapi ada niatan jadi dosen juga sih.. hehe Hmhm. tapi sekarang serba mahal, pengennya cari beasiswa supaya gak jadi beban pikiran juga, rasanya gaji gak nutupin buat bayar uang semesteran nanti. hahaha Nikah ajalah dulu baru sekolah lagi, tapi siapa tahu jodohnya nyasar di sana #eh.. hahah Semoga tercapai bisa sekolah lagi. Yang penting niat dulu yah :) Aamiin...
Intinya, ketika suatu hari saya traveling lagi ke kota-kota tersebut saya punya banyak sahabat di sana.. Dan pengalaman ini adalah pengalaman hidup paling berharga karena belajar tentang budaya Indonesia, belajar mengusai berbagai macam bahasa daerah, harus bisa mandiri, dan saya tidak kesulitan lagi untuk bergabung dengan orang-orang yang bukan satu asal dengan saya dengan cara memahami dengan bahasa mereka. hehe ~~~@dudepanai
awak pun dulu pas pindah ke bandung nih, jadilah lawakan orang-orang. cerita yang menarik
BalasHapusHebat banyak pengalaman hidup di banyak kota :)
BalasHapusAamiin buat semua kepengenannya moga2 ada jalannya yaaa
@bangphadli: nasibb perantau kan haha
BalasHapus@tehNatazya: hehehehe alhamdulillah.. makasihh ya