Minggu, 05 Agustus 2018

,

Explore Belitung: Liburan ke Pulau Belitung [Part 1]

Di tengah-tengah rutinitas pekerjaan yang padat alangkah baiknya kita menyempatkan waktu untuk sejenak merelaksasikan hati dan pikiran jauh dari hiruk pikuk kota besar. Ada banyak pilihan untuk bersantai, bisa kabur ke pulau atau pantai yang membutuhkan vitamin sea, mendaki gunung sambil menikmati mie rebus, atau sekedar city tour ke kota-kota yang ciamik.

Pilihan saya dan teman kali ini jatuh pada Pulau Belitung. Rencana sudah sejak tahun 2017, itulah mengapa kami, gank pemburu tiket promo atau promo hunter membeli tiket sejak Febuari lalu untuk keberangkatan 27-29 Juli 2018. "Katanya" biar ada waktu untuk nabung. 😀 #THR sih lebih tepatnya hahaa Bermodal pada pengalaman saya menangani liburan a.k.a dedeph tour and travel maka kami memutuskan untuk menjelajahi keindahan Belitung yang "katanya" super wow ini. Saya tertarik untuk datang ke sini sejak film Laskar Pelangi. Bagaimana pulau yang ada di lepas pantai timur Sumatra, Indonesia, ini memiliki keindahan pantai yang menakjubkan. Sebagi informasi, Pulau Belitung ini hanya terbagi menjadi 2 kabupaten yaitu Kabupaten Belitung, beribukota di Tanjung Pandan, dan Belitung Timur, beribukota Manggar.

Promo semua serba promo, mulai dari tiket pesawat hingga paket tour pun. Harga per orang itu tergantung tiket per orang. Trip kali ini sebanyak 13 orang dan akan mengurangi biaya jika dibagi jumlah orang. Kalau hitungan paket saya all in itu sekitar Rp.2.150.000 sudah termasuk transportasi PP Bandung-Bandara Soetta. Pergi naik Citilink  jam 05:55 dan pulang Sriwijaya Air jam 13:05. Hasil saya berburu paket tour di Instagram saya tertarik dan cocok dengan travel VISIT BELITONG. ❤ Banyak paket yang ditawarkan mulai harga hemat sampai regular. Banyak tour dan travel yang menawarkan untuk memfasilitasi teman-teman semua untuk ke sana sekarang tinggal mau berlabuh pada travel yang mana. Keuntungan memakai travel adalah semua kegiatan sudah diatur oleh pihak travel jadi kita tak lagi memperhitungkan jarak dan waktu selama di sana. Tour guide pun adalah asli dari Pulau Belitung. Namun, jika ingin bersantai dan tidak diburu waktu, Belitung juga pas untuk traveling tanpa guide. Kesan pertama saya sampai dibelitung adalah orangnya. Orang-orang di sana sangat ramah dan baik. Mungkin bagi mereka kami adalah tamu yang harus senantiasa dijamu di tanah kelahiran mereka.


Hari pertama kami diajak untuk city tour melihat sisi lain dari Belitung. Sebelum menuju tempat-tempat di Belitung, kami diajak untuk sarapan mie khas Belitung. Tempat tidak jauh dari Bandara H.A.S. Hanadjoedin Tanjung Pandan sekitar 15 menit tiba di sana. Kami makan di Wan Bie Resto di Jalan Sriwijaya. Bagi saya kuliner bukan menjadi keutamaan saat traveling, karena tidak hobi makan kali ya. Tapi sayang rasanya kalau sampai Belitung tidak mencicipi seafood atau mie Belitung yang khas. Kesan pertama saya, enak banget. Mie yang dilengkapi taoge, emping, dan tahu goreng dengan kuah kental seperti lomie. Kuah mienya pun ada rasa khas seafood entah kepiting atau udang. Mungkin itu juga yang enak ya. Oh iya harus pakai sambal biar lebih nyos. Ada minuman khas Belitung yang juga tak kalah segar, yaitu es jeruk kunci. Jeruknya kecil-kecil seperti jeruk nipis. Dua kuliner favorit ini adalah padanan yang pas disajikan saat sarapan. 👍 



Selanjutnya, kami diajak untuk melihat bumi laskar pelangi di Belitung Timur. Tempat di mana dilaksanakannya syuting film Laskar Pelangi. Perjalanan yang kami tempuh itu sekitar 1,5-2 jam dari pusat kota Belitung, >100 km. Lumayan juga bisa curi waktu untuk tidur sejenak. hehhee Kami tiba di Gantung atau bumi Laskar pelangi sekitar jam 10.15 namun matahari di sana sangatlah bersahabat alias terik.☀😀 Untuk masuk ke dalam replika sekolah laskar pelangi tidak dipungut biaya alias gratis. Sampai di sana saya melihat replika sekolah laskar pelangi yang masih kokoh berdiri walau sedikit usang. Kata Bang Tyas, tour guide kami bahwa semenjak menjadi objek wisata, tempat ini terus diperbaiki agar tidak rusak. Sekolah aslinya di Gantung tidak jauh dari lokasi replika ini namun sudah tidak ada lagi. Replika sekolah dasar (SD) laskar pelangi atau SD Muhammadiyah Gantong ini diresmikan oleh pemerintah setempat tahun 2010. Belitung memang terkenal dengan lautan pasir maka tak heran kawasan SD ini dikelilingi oleh pasir putih. Saya seperti napak tilas bersama Andrea Hirata. Melihat sekolah ini jadi berpikir bahwa ternyata untuk sekolah di sana penuh perjuangan. 💪



 


Setelah dari replika sekolah laskar pelangi kami mengunjungi Dermaga Kirana atau dikenal Rumah Keong Belitung. Lokasinya berada tak jauh dari SD Muhammadiyah Gantong. Tempat tersebut terdapat danau yang terbentuk akibat bekas penambangan timah. Nah, kedalamannya sekitar 15 meter.  Mengapa disebut rumah keong karena di sana kita melihat tiga bangunan anyaman dari rotan yang berbentuk seperti cangkang keong. Tak heran Rumah Keong tersebut menjadi instagrammable atau populer di media sosial untuk berfoto di sana. Tak jauh dari sana, ada pula Rumah Keong berwarna putih yang tampak lebih minimalis dan modern dibandingkan bangunan berbahan rotan.


Kemudian setelah dari Rumah Keong Belitung kami melanjutkan perjalanan ke Museum Kata Andrea Hirata yang berada di Lenggang, Gantung, Belitung Timur, lokasinya tak jauh dari SD Gantung. Untuk tiket masuk Museum Kata Andrea Hirata harga tiket Rp50.000 dan merupakan museum kata pertama di Indonesia. Kami tiba di sana bertepatan dengan salat Jumat maka kami berhenti sejenak di warung dekat museum. Sayangnya saya tidak memutuskan untuk masuk ke dalam karena petugas tiket juga sedang salat jumat dan hanya berfoto di depan museumnya saja. 



Dari Museum Kata Andrea Hirata kami menuju rumah Pak Ahok. Jaraknya tak jauh dari museum kata. Kami tidak masuk ke rumahnya karena dijaga oleh petugas keamanan. Lalu di depan rumah Ahok terdapat Kampung Ahok. Ada rumah panggung yang di dalamnya tersedia makanan khas Belitung, dari kue basah sampai kue kering. Kue basah yang kami coba, kue jongkong. Harganya relatif murah hanya Rp5000 dan rasanya seperti bubur sumsum, enak buat menemani perjalanan menuju makan siang. Selain itu, di sana juga menjual sovenir, seperti gantungan kunci, magnet kulkas, ataupun batik. Di dalamnya juga  ada beberapa hiasan dinding, foto-foto dan karikatur Ahok. Selanjutnya, kami melanjutkan perjalanan ke Manggar untuk makan siang di Pantai Serdang Manggar tepatnya di warung Pakistan. Di sana kami belum disajikan seafood khas Belitung, tapi tenang saja kami sudah curi start buat mencicipi ikan khas belitung, ikan gangan. 



Setelah makan siang kami diajak untuk mengunjungi pantai burung mandi. Letaknya tidak begitu jauh dari tempat makan kami. Butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai di sana. Sebelum tiba di pantai Burung Mandi kami melewati sebuah Vihara yang terkenal dengan sebutan Vihara Dewi Kuan Im yang sering dikunjungi penganut ajaran Budha. Namun, kami tidak berkesempatan untuk masuk ke dalam karena hari semakin sore. Sepanjang jalan saya bertanya-tanya mengapa dinamakan Pantai Burung Mandi? Apakah ada burung yang mandi? Bukan, karena pantai ini terletak di Desa Burung Mandi dan di dekatnya terdapat sebuah bukit yang disebut Gunung Burung Mandi. Pantai ini terlihat lepas tanpa ada batu-batu besar disekelilingnya dan pasir lebih terlihat coklat namun tetap bersih. Pemandangan lain yaitu, banyak kapal-kapal nelayan yang berwarna-warni. Sore hari adalah waktu yang pas menikmati pantai sambil minum air kelapa muda dengan semilir angin di sana. Air laut nya pun tak kalah indah. Warnanya yang cantik menjadi pilihan utama kami untuk sejenak berfoto sembari melepaskan lelah seharian berkeliling kota Belitung.



Malamnya kami kembali menikmati makanan khas Belitung di rumah makan Wanbie. Makanan favorit di sana selain mie khas Belitung, ada juga ikan gangan. Rasanya seperti gulai dan sampade kalau di Padang.  Ada juga nasi bedulang yang disajikan untuk 2-3 orang per porsi. Selain ada ikan, ada ikan teri, sayur, perkedel, sate, dan ayam kuning. Enak? Enak banget. Perlu dicoba ya 😃 Harga satu porsinya sekitar Rp65.000 saja. Makan bedulang merupakan cara makan tradisional turun temurun yang menu makanannya diletakkan di atas wadah besi berbentuk bulat atau yang dikenal dengan dulang. Warisan ini harus tetap dilestarikan.  Setelah kenyang kemudian kami berlanjut untuk mencicipi duren khas Belitung yang rasanya juga ajib! Duduk di pinggir jalan sambil makan duren. Duh surga!❤

Ikan Gangan Favorit di Belitung

Nasi Bedulang

 Ini perjalanan hari pertama saya dan teman-teman selama berada di Belitung. Jadi tunggu apalagi? Tertarik ingin mengunjungi Belitung kan? 😉 Nantikan kelanjutan cerita saya di hari kedua yang mengeksplor lautan Belitung nan eksotis dan menawan. 



.. to be continued..

BACA JUGA  ↓↓

1 komentar:

thanks ya sudah mengunjungi blog saya ;)