Rabu, 01 November 2017

,

Traveling ke Malaysia: Explore Melaka dan Little India KL Sentral [Part 3]

Kali ini masuk ke bagian 3 edisi jalan-jalan kami. Hari ke-2 kami memutuskan untuk mengunjungi wisata sejarah yang jaraknya cukup jauh sekitar 148 kilometer dari Kuala Lumpur (KL), yaitu Melaka atau Melacca. Pada tahun 1989, Melaka menjadi salah satu negeri atau provinsi yang ada di KL. Pada tahun 2008 Melaka dan George Town, dinobatkan oleh UNESCO sebagai Kota Warisan Dunia (World Heritage). Sebagai informasi tambahan bahwa kultur atau suasana di Melaka ini tidaklah asing bagi orang Indonesia khususnya Sumatera. Kami seperti berada di kota Riau, Palembang, ataupun Jambi. Mungkin ini juga menandakan bahwa adanya kerajaan serumpun, Melayu.

Singkat sejarah, Kerajaan Malaka atau yang lebih dikenal dengan kesultanan Malaka merupakan sebuah kerajaan yang pernah berdiri di Malaka, Malaysia. Kerajaan ini bercorak Melayu, dan didirikan oleh Parameswara antara tahun 1380-1403 M. Menurut kitab Sulalatus Salatin, kerajaan Malaka merupakan lanjutan dari kerajaan Melayu di Singapura. Kemudian, akibat adanya serangan dari Jawa dan Siam, maka pusat pemerintahan berpindah ke Malaka. Parameswara sendiri merupakan seorang yang berasal dari kerajaan Sriwijaya yang merupakan putra dari raja Sam Agi. Parameswara merupakan seseorang yang menganut agama Hindu. Saat kerajaan Sriwijaya runtuh akibat diserang oleh Majapahit, ia melarikan diri ke Malaka. Parameswara beserta rombongannya yang sudah memiliki peradaban yang lebih tinggi, berhasil mempengaruhi penduduk asli, sehingga bersama-sama dengan suku Laut, parameswara berhasil mengubah Malaka menjadi kota yang ramai. Nama Malaka diambil dari bahasa Arab “Malqa” yang berarti tempat bertemu. Alasannya karena di tempat inilah para pedagang dari berbagai negeri bertemu dan melakukan transaksi perdagangan. Lambat laun Kerajaan Malaka ini digantikan oleh Kerjaan Islam. [1]

Nah, kembali pada topik perjalanan kami ke Melaka. Kami memutuskan untuk menyewa mobil van isi 17 orang untuk mengantarkan kami ke sana. Saya sebagai team leader di sini sudah memesan beberapa bulan sebelum kami tiba di KL. Setelah browsing akhirnya saya menggunakan fasilitas Jelajah Hemat selama trip di sana. Kami tetap tidak menggunakan pemandu wisata, hanya menyewa kendaraan, pemandunya sekaligus pengendara yang asli orang Melayu Malaysia. Maka, tak susah bagi kami untuk sekedar bercerita seru bersama Bapak Naseer ini. Beliau banyak sekali menceritakan tentang budaya Malaysia dan cerita tentang serumpun antara Indonesia dan Malaysia. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai di sana sekitar 2 sampai 2,5 jam. Kami berangkat pada pukul 08.30 dan tiba sekitar 10.45. Cuaca sangatlah bersahabat, terang benderang cuy 😁 Sesampainya di sana, ternyata kota ini tak sebesar KL yang penuh dengan kendaraan dan orang. Kota ini termasuk bersih dan nyaman. Oh iya, kota ini sangatlah bersih karena Pemerintahnya melarang keras warganya merokok. Itu juga terlihat pada slogan di beberapa papan reklame yang bertuliskan "Don't Mess with Melaka" yang berarti menjaga kebersihan lingkungan. Ini sih keren ya warga dan pemerintahnya kompak. hehee



Ketika sampai di tempat wisata Melaka nanti akan dijumpai tulisan Selamat Datang di Melaka World Heritage City. Di seberang ini akan dijumpai gereja tua St. Francis Xavier yang dibangun oleh  Portugis sejak 1859. Berjalan sedikit dari tulisan selamat datang Melaka, Anda akan menemui toko-toko disepanjang jalan. Mulai dari berjualan baju, pernak-pernik, makanan, dan lainnya. Sampai pada area  Stadthuys lokasi paling populer dan menjadi pusat wisatanya yang terkenal dengan Kota Peranakan Warisan sehingga bisa dijangkau hanya dengan berjalan kaki. Pertama, dijumpai Balai Seni Lukis Malaka yang dibangun pada tahun 1958 serta menjadi Museum Galeri Seni di Melaka. Di samping Balai Seni Lukis ini terdapat Gereja Kristus atau Christ Church Melaka yang merupakan gereja Protestan tertua di Malaysia yang dibangun tahun 1753 oleh  Belanda ketika mereka menguasai Portugis. [2] Di depan Gereja ini juga terdapat air mancur. Arsitektur ini juga didominasi oleh gaya Eropa bangunan yang megah, stuktrur dindingnya yang tebal, dan tiang-tiangnya yang tinggi.


   


Setelah puas untuk berfoto-foto selanjutnya kami berjalan ke atas bukit St.Paul kawasan Famosa. Gereja St Paul ini berada di atas sebuah bukit sehingga untuk sampai ke Gereja ini kami harus menaiki puluhan anak tangga. Disarankan apabila ke sini membawa air mineral dan juga payung karena cuaca amat terik. Sebelum kedatangan Portugis 1511 Bukit ini dikenali dengan Bukit Melaka, karena di kaki bukit inilah letaknya Istana Kesultanan Melayu Malaka. Namun, ketika Portugis datang semua bangunan Sultan Melaka dihancurkan. [3] Nah, di sana kita bisa melihat sisa-sisa reruntuhan bangunan yang sudah berdiri lebih dari 500 tahun. Pada saat memasuki kawasan ini Anda akan melihat patung St Francis Xavier yang masih kokoh berdiri. Adapun yang menarik dari dalam bangunan ini ada terdapat sebuah lubang bawah tanah yang dilapisi besi, Ini kuburan St. Paul. Sembilan bulan jenazahnya sempat dimakamkan di gereja Saint Paul, namun jenazah Xavier konon tak cacat sedikit pun saat tubuhnya yang telah dikubur hendak dipindah makamkan di Goa, India. "Di waktu yang sama di tahun 1614, lengan kanan jenazah Xavier dipotong. Tapi, secara tak sengaja, telapak kanan patung Xavier juga hilang setelah patungnya didirikan dan bagian tangannya patah setelah sebuah dahan pohon jatuh menimpa patung tersebut," detik travel. [4]


Setelah itu, kami kembali turun dari bukit menuju Jonker Walk. Sebelum masuk ke kawasan ini, kami juga melewati Sungai Melaka. Sungai ini tepat di depan kawasan  Stadthuys. Sungai Melaka ini merupakan sungai penting semasa kerajaan Kesultanan Melayu Melaka dan mempunyai nilai sejarah yang tersendiri karena di kiri kanan sungai itu merupakan kawasan perbandaran, penempatan, perkuburan, perniagaan, perkapalan, pelabuhan, dan banyak lagi sejak ratusan tahun yang lalu. [5] Di tepi sungai ini ada beberapa kios yang menjual berbagai minuman dan makan ringan untuk menemani Anda sekedar bersantai berada di tepi Sungai Melaka. Sungai ini juga bersih tak heran jika sungai ini menjadi salah satu objek wisata ketika di Melaka, Melaka River Cruise. Anda bisa mengitari sungai ini dengan menggunakan kapal bot dan membayar sekitar 10-21 RM tergantung kedatangan Anda ke sini. Waktu terbaik untuk mengitarinya adalah malam hari. Harga bisa cek di sini.

Jonker Walk merupakan daerah Cina atau lebih dikenal dengan Chinatown Melaka. Di sini banyak ditemukan buah tangan antik, galeri lukisan, toko kesenian, dan juga banyak  restoran.  Ada juga pasar malam yang berada di sepanjang Jonker Walk ini. Nah, untuk makan di sini bagi Anda yang muslim harus berhati-hati ya karena tidak banyak restoran yang menyediakan makanan halal. 😊 Pilihan kami pada Restoran Mamee Jonker House yang dibuka sekitar 2014 lalu. Ini salah satu restoran halal di daerah Jonker Walk. Konsep restoran ini juga unik. Di sana Anda bisa menemukan makanan-makanan zaman dulu dan banyak tokoh-tokoh kartun yang menjadi wallpaper di dalam restoran ini. Banyak juga menu makanan dan minuman yang bisa Anda pilih. Harga di restoran ini juga terjangkau kantong Anda. Mulai dari 5 hingga 30 RM. Oh iya, saya suka ayam goreng di sini lho. Selain enak, ayamnya juga besar. hahaa 😋

Setelah makan siang, kami harus kembali ke KL. Namun, sebelumnya kami diajak oleh Pak Naseer untuk melihat kekuasaan Allah, Masjid Terapung Melaka. Masjid ini berada di Banda Hilir dan menghadap langsung ke Selat Malaka, selat tersibuk dan terpanjang di dunia. Masjid ini tak hanya menyuguhkan arsitektur bangunan yang indah namun juga pemandangan pantai yang mempesona. Keunikan masjid ini terletak pada bangunannya yang dibuat di pinggir pantai sebuah pulau buatan bernama Melaka sehingga saat pasang menghadirkan sensasi masjid yang seolah terapung di tengah lautan. Dengan kondisinya tersebut Masjid Melaka dijuluki pula dengan Masjid Terapung. Masjid yang mulai diresmikan pada tahun 2006 silam ini menempati lahan seluas 1,8 hektar dan mampu menampung 2000 jemaah. Jika dilihat sekilas, masjid ini mirip dengan masjid terapung di Jeddah. Ini yang juga menjadi inspirasi masjid ini berasal [6]. Alhamdulillah, kami berkesempatan untuk bisa menunaikan salat di sini. Sudah hati adem setelah salat ditambah lagi dengan pemandangan yang meyegarkan hati dan pikiran. Oh iya, sama seperti Masjid-masjid lainnya, buat yang ingin berwisata ke sini wajib mengenakan pakaian sopan dan menutupi aurat, bagi yang Pria ataupun Wanita. 😊




Kami tiba di KL Sentral sekitar pukul 5 sore. Waktu sewa van kami terbatas karena hanya sampai jam 5 sore saja. Alhamdulillah selama perjalanan pulang kami tidak terkena macet hanya saja ketika berada di pusat KL Sentral. Berhubung masih siang akhirnya kami memutuskan untuk sekedar jalan-jalan santai pada malam harinya mengunjungi Brickfield, Little India. Sebenarnya saya tidak menyangka akan menginap di lingkungan ini. Tidak suka? Ahh jangan salah, saya suka sekali. hahahahaa. Di sepanjang jalan Tun Sambathan Anda akan merasakan seperti berada di India, karena anda akan menemukan berbagai macam pernak-pernik pernikahan, asesoris baju, makanan, restoran, dan baju-baju khas India. Saya tidak melewatkan kesempatan ini. Saya membeli asesoris seperti, gelang, anting, tindikan dan juga baju khas India. Harga lebih murah di bandingkan  harga di Indonesia. Saya mendapatkan gelang dan tindikan/anting  seharga 3 RM saja atau sekitar kain songket India 26 RM untuk 2 meter, dan baju Punjabi (Punjabi Suits) lengkap dengan celana dan selendang yaitu 110 RM. Nah, saat itu 1 RM=Rp3.180. Saya pernah beli baju sejenis saree dan Punjabi suit itu 2 kali dari yang saya beli dan itu hanya berupa kain potongan belum dijahit. hehehhee Selain itu, di sepanjang jalan anda akan menemukan berbagi makanan "camilan" bagi yang suka, seperti dosa, parata, samosa, golgappa, panipuri, golab jamun, aneka keripik, dan lain sebagainya.

  

Makan malam kali ini tidak diputuskan untuk makan di restoran India, kami memilih restoran siap saji di NU Mall dekat tempat penginapan kami. Paket ayam nasi di sini dihidangkan dengan nasi lemak yah. So, selamat berlemak. 😀 Restoran tempat kami menginap juga menghidangkan makanan India, rasanya sudah cukup bagi kami mencicipi makanan khas India. Roti cane dan teh tariknya, enaaaak. 😋

Bagaimana dengan hari ke-3 kami? Kali ini kami berpindah tempat dulu, sejenak melihat tempat lain yang jauh lebih indah. Selamat Traveling Guys! 😊💃 

..to be continued..


Baca juga  ↓↓
Part 1: Traveling ke Malaysia Tanpa Guide https://www.jumantaradikara.web.id/2017/09/malaysia-part1.html
 
foto lainnya diambil oleh : Ahmad Faried, dr. Sp.BS


0 coment�rios:

Posting Komentar

thanks ya sudah mengunjungi blog saya ;)