Rabu, 20 Juli 2016

Aku, Kamu, dan Jatuh Cinta

Aku mengikuti setiap detik waktu berjalan dan menikmatinya. Membiarkan semua rasa ini berlalu. Aku mencoba menjadi kamu. Menjadikan aku sebagai langitmu dan lautan untukmu, tapi kamu tak pernah mau menyelaminya. Aku berusaha membuat semua seakan baik-baik saja. Namun, kamu tetap tidak sedang baik-baik saja. Waktu itu takkan pernah berulang kembali dan takkan pernah kembali. 

Kemudian sejenak aku tersadar tentang apa yang sedang aku rasa. Pikiran dan hatiku sedang tidak sepadan. Kadang ingin melepaskan diri dari sentuhan alam. Namun, aku sadar bahwa waktulah yang membuat aku yang akhirnya jatuh cinta padamu. Jatuh cinta pada kamu tanpa bersyarat. Bukan melihat dari mataku tapi pada hatiku. Perlahan aku mencoba membuatnya untuk memudar tapi aku tetap tidak bisa. Angin itu terlalu kencang jika aku berjalan sendiri. Aku akan terhempas jauh entah akan berujung ke mana dan mungkin kamu tetap takkan pernah mencariku.

Kamu tahu? jika perasaan ini menyiksa?. Ketika kamu membiarkan semua suratku tanpa satupun kamu baca. Ketika kamu lebih mementingkan kesendirianmu daripada orang yang begitu tulus membantu membuat pelangi di hidup kamu. Ketika ada orang membantu menyembuhkanmu saat lukamu terlalu membekas. Ketika kamu tak mau melangkah tapi ada orang yang mau menggenggam tanganmu untuk menghadapinya bersama?. Ketika kamu merasa kesepian ada orang yang mau tertawa denganmu menghabiskan cerita tawanya bersamamu. Dan ketika kamu tak bisa bertanggungjawab atas semua perasaan ini karena aku belum sanggup menghentikannya.

Aku berusaha untuk membuatnya menjadi salah karena aku tahu bahwa matamu sudah buta karena luka. Tapi dengarlah bahwa kamu takkan pernah menemukan pelangi jika kamu tidak pernah kehujanan. Dengarlah setiap tetesan airnya, ada air mataku yang jatuh saat kamu sedang asyik menikmatinya. Terdengar tidak? Aku rasa kamu takkan pernah mendengar dan tak pernah tahu karena telingamu sudah tertutup kenangan. Bukalah sedikit walau terasa seperti ruang kosong. Aku ada untuk mengisi setiap sudut ruang itu. Percayalah...

Maaf jika aku lancang menjatuhkan hatiku padamu. Aku berusaha untuk menahan semua rasanya tanpa berujung jatuh cinta. Aku sungguh tak tahu pada siapa aku jatuh cinta. Bagiku rasanya sulit untuk bisa menjatuhkan hati. Aku berharap jatuh cinta padamu kali ini adalah bukan sebuah kesalahan. Setelah sekian lama aku berusaha menghiraukannya. Aku akan tetap berusaha membuat pelangi itu ada jika kamu sudah siap kehujanan. Aku akan jadi angin ketika sayapmu terasa berat karena tak sanggup terbang sendirian. Dan ketika kamu telah siap mencariku, aku berharap itu kamu sedang jatuh cinta padaku tanpa syarat, bukan karena kamu terlambat menyadarinya. Namun, jika aku tak pernah kamu temukan, jangan tanyakan pada hujan kenapa aku tak pernah lagi ada.... Semoga Tuhan sedang tidak membiarkan aku jatuh cinta pada orang yang mahir mematahkannya... Dan semoga itu bukan kamu....


@dudepanai
Bandung, 20 Juli 2016
16:16 WIB




2 komentar:

  1. Rada-rada bingung sama perasaan si "Aku". Seperti ingin dicintai, tapi juga pesimis si "Kamu" bakal membalas cintanya "Aku". Tapi "Aku" juga berharap. Inikah yang namanya harap-harap cemas? #eaaa *apa coba wkwkwk. Bagus, Teh. Keep it up (y)

    BalasHapus
  2. hahahhahaa
    iya bisa dibilang begitu.. jatuh cinta sama orang yang masih terbelenggu masa lalu intinya :D

    BalasHapus

thanks ya sudah mengunjungi blog saya ;)