Kamis, 13 September 2018

,

Explore Belitung: Wisata Rumah Adat dan Danau Kaolin [Part 3]

Ini bagian ke-3 dan hari ke-3 kami berada di Belitung. Sebelum akhirnya kembali ke Bandung. Kami masih diajak untuk mengelilingi beberapa tempat di Belitung. Sebagai informasi bahwa kami menginap di Casa Beach Hotel. Letaknya di Jalan Patimura. Penginapannya sederhana dan nyaman. Selama sarapan di sana, semua makanan yang disajikan "pas" bagi kami. Sebenarnya hotel kami berada di antara pantai Belitung, sayang airnya sedang surut maka kami tak bisa berfoto berlatar pantai saat di hotel. Setelah selesai sarapan pagi dan packing, tujuan pertama kami adalah kembali ke Kong Djie Kopi di Pondok Kelapa. Melengkapi sarapan pagi, saya memilih untuk menikmati segelas coklat dingin. Sebenarnya jika datang ke sini maka dianjurkan untuk meminum segelas kopi O panas atau coklat kopi. Karena saya tidak bersahabat dengan lambung maka saya tidak berani untuk minum kopi O. 😀 Tapi rasa coklatnyapun tak kalah enak lho. Satu bungkus coklat dan kopi seduh sudah dibawa pulang. hehee


Kemudian, tujuan selanjutnya adalah Pantai Tanjung Pendam. Saat kami sampai di sana air pantainya sedang surut dan jauh ke dalam. Sayang, kami tak dapat menikmati air pantai Belitung di hari terakhir. Mungkin lain kali ya! Selanjutnya mengunjungi Rumah Adat Belitung. Lokasinya tak jauh dari Pantai Tanjung Pendam, hanya sekitar 5-10 menit saja. Tak lengkap rasanya jika datang ke suatu daerah tak mengenal budayanya. Rumah adat ini terletak di Jalan Ahmad Yani, persis di samping Kantor Bupati Belitung. Memasuki halaman rumah, kita akan melihat sebuah bangunan besar yang terdiri atas tiga bagian, yakni ruang utama, loss, dan dapur.

Dilansir dari artikel di Kompas.com “Rumah adat ini dibangun mulai tahun 2006, selesai dan diresmikan tiga tahun kemudian. Dulunya di samping kantor bupati ini toko milik warga Tionghoa, lalu dibeli dan dibangun rumah adat, agar mudah dilihat terutama tamu dinas,” ujar Yudi, kepada KompasTravel dalam Corporate Media Gathering BW Suite ke Belitung, Sabtu (12/3/2016). Berdasarkan tulisan di kompas.com oleh Muhammad Irzal,  Rumah adat yang terletak di tengah kota ini merupakan miniatur rumah Panggong untuk seorang bangsawan, atau yang dimiliki para pejabat dahulu. Perbedaannya dengan rumah penduduk biasa ialah lebih besar sehingga memiliki lima ruangan, sedangkan rakyat biasa hanya memiliki empat ruangan. [1]





Rumah pangong ini memiliki ornamen dari kayu, dari mulai lantai hingga atap. Fondasi bangunan ini terbuat dari batu granit, salah satu jenis batu ikonik di Belitung. Suasana ketika masuk ke dalam rumah ini begitu sejuk dengan semilir angin yang masuk.  Salah satu konsep khas rumah Belitung adalah ruangannya yang tidak memiliki kamar atau bilik-bilik, jadi apabila tidur bersama-sama dalam satu ruangan. Di ruangan utama ini kita akan melihat ranjang pengantin dan berbagai macam kelengkapan pernikahan yang dilaksanakan di Belitung sesuai dengan adat di sana. Nah, sebelum memasuki dapur biasanya kita melewati sebuah ruangan kecil penghubung atau biasa disebut loss. Dapur di sini ada dua buah, dapur bersih dan dapur kotor. Pada ruangan ini kita dapat menjumpai alat-alat dapur, peralatan pertukangan, pertanian, alat penumbuk dan sebagainya.




Selanjutnya, kami diajak untuk melihat Danau Kaolin. Sekilas pemandangannya seperti Danau kawah putih di Ciwidey. Danau Kaolin adalah sebuah danau yang memiliki warna daratan yang putih bersih dan air yang berwarna biru menyala. Menurut warga di sana, danau ini terbentuk karena bekas pertambangan Kaolin yang telah lama ditinggalkan dan kubangan itu kemudian menjadi danau yang menarik wisatawan karena alam menyempurnakan dengan keindahannya. Nah, FYI Kaolin adalah sejenis mineral tanah liat yang mengandung aluminium silika  yang digunakan untuk bahan industri seperti pasta gigi,  porselin, kosmetik, kertas, makanan, yang memiliki daya hantar listrik dan daya hantar panas yang rendah, mengapa saat itu kaolin sangat digemari dan dicari. Danau ini tidak memiliki bau yang menyengat seperti belerang. Hanya saja kini, danau kaolin tak lagi bisa ditelusuri karena sudah ditutup dan diberi pagar. Jadi, tak bisa berjalan-jalan dan juga berenang. Tenang, kami masih bisa menikmati panasnya di Danau Kaolin ini dengan berfoto dengan latar belakang danau kaolin yang memesona.❤ Paduan warna antara airnya yang berwarna biru muda dan dikelilingi daratan berwarna putih ini pas untuk diabadikan dengan lensa kamera yang dibawa. Untuk memasuki area Danau Kaolin masih gratis, karena belum ada pihak pengelola. So, tunggu apalagi!





Jadwal penerbangan kami ke Jakarta pukul 13.05, kami masih memiliki waktu sekitar dua jam lagi. Menurut Bang Tyas (tour guide kami) di sekitaran Bandara tidak ada café atau rumah makan maka sebelum check-in kami diantar ke Hanggar 21. Hanggar 21 menjadi pilihan kami untuk sejenak istirahat dan menikmati kembali makanan khas Belitung. Makanan dan minuman di Hanggar 21 tidak terlalu mahal. Mpek-mpek di sini enak banget apalagi yang isi telur atau kapal selam. 😁 Hanggar 21 selain memiliki rumah makan juga ada hotelnya. Ini juga bisa jadi alternatif untuk menginap dekat dengan Bandara. Untuk mencapai Bandara hanya dibutuhkan waktu sekitar 5 menit saja. Belitung tak ada macet maka 5 menit adalah waktu pasti alias real time

Saatnya berpisah dengan Bang Tyas dan Visit Belitong. Terima kasih atas jamuan yang ramah. Bandaranya tak terlalu besar dengan jumlah wisatawan yang semakin banyak ini. Ruang tunggu mungkin menampung sekitar 300 orang. Tapi Bandara ini bersih dan memiliki mushola di dalam. Walau bandara Internasional H.A.S. Hanandjoeddin ini kecil tapi sudah banyak pesawat dengan rute ke Belitung lho termasuk Garuda Indonesia. Pesawat kami tak kunjung dating, menurut informasi dari petugas bandara bahwa flight kami akan mengalami penundaan selama 1,5 jam. Barulah, sekitar jam 3 kurang kami pulang menggunakan Sriwijaya Air terbang ke Jakarta dan tiba di sana sekitar jam 4 kurang. Kami kembali ke Bandung sekitar jam setengah 5 sore waktu setempat dan tiba di Bandung perkiraan pukul 9 malam karena macet pembangunan LRT/MRT di Jakarta.

Rindu. Pasti rindu dan move on dari Belitung ternyata cukup lama. Semoga saya dapat berkesempatan lagi datang ke Belitung yang indah itu. Sampai Jumpa lagi Belitung! ✋😉 Masih ragu untuk datang ke Belitung? Ayo explore Belitung bersama keluarga, teman, dan juga sahabatmu. Sampai ketemu di liburan-liburan selanjutnya ya! ❤😎 Namaste!



part 2: https://www.jumantaradikara.web.id/2018/08/pesona-pantai-belitung-part2.html


0 coment�rios:

Posting Komentar

thanks ya sudah mengunjungi blog saya ;)