Senin, 23 Januari 2017

,

Menjelajahi Kota Candi, Jogjakarta (Part 1)

Haiiii... Selamat Tahun Baru Masehi 2017 ya... Semoga senantiasa diberikan kesehatan dan terus diberkahi oleh Allah Swt. Aamiin.. Bicara soal tahun baru, saya akan mundur beberapa hari kebelakang tentang perjalanan saya untuk #ExploreJogja bersama dengan teman-teman saya. :)

Berawal dari obrolan mengenai liburan yang ingin pergi ke Pulau Sumatera, setelah berunding alot pada akhirnya kami memutuskan untuk memilih Jogjakarta sebagai pilihan yang tepat. Agak jauh memang, tapi daripada gak jadi liburan. hehee. Memutuskan untuk mengambil bulan Desember adalah keputusan yang tepat walau akan menimbulkan pernyataan pasti akan ramai sekali di sana, tapi tak apalah. Berangkat 23 Desember 2016 jam 21.30 menggunakan kereta api Bandung-Jogjakarta bersama ke-8 teman saya akan menjadi liburannya yang menyenangkan pastinya. Tema kali ini akan #explorejogja walaupun kami tahu waktu 3 hari takkan cukup untuk diexplore namun setidaknya ada tempat-tempat yang belum kami singgahi sebelumnya. 


Selama perjalanan kami bercanda gurau, ada yang tidur, ada yang mendengarkan musik, membaca buku atau bahkan ada yang tak tidur. Sebelum sampai di Jogjakarta esok hari, ada tragedi yang menimpa salah satu teman kami dini hari. Mukanya pucat pasi ketika sampai di tempat duduk. Ternyata tangannya terjepit pintu toilet kereta api. Darahpun bercucuran, untungnya kami berada di gerbong terakhir. Karena kondisi kereta api yang tak ada peralatan medis yang cukup membuat ia harus menunggu beberapa jam menahan sakit, karena harus diperiksa di klinik stasiun Tugu Yogjakarta. Nah, mungkin ada beberapa hal yang harus dievaluasi kepada transportasi ini. Setidaknya disiapkan obat-obat P3K yang membantu dalam kondisi darurat, ada tim medis yang bisa menangani dalam kondisi darurat sehingga tidak menunggu berjam-jam, dan terutama pada kondisi luar dan dalam kereta yang harus dibenahi/dirawat secara rutin sehingga timbul kenyamanan saat berpergian. Tak terjadi hal yang sama. :) Saya yakin semakin baik pelayanan dan fasilitas kalaupun mahal akan tetap digunakan. 

Sesampainya di stasiun Jogjakarta pagi hari mengharuskan kami bergegas untuk bersiap menuju trip pertama. Udara yag khas dari Jogjakarta, yaitu panas. Sangat berbeda dengan udara Bandung pagi hari. Nyuuussss ~~~~ Kami menginap di salah satu Guest House di daerah Kaliurang dekat Gunung Merapi. Memang agak jauh sih, tapi tak masalah karena waktu yang bersamaan dengan long weekend jadi semua penginapan banyak yang sudah dipesan. Enjoy the day kan.. Di sana Alhamdulillah kami dimudahkan dengan kendaraan pribadi yang bisa dipinjam dari saudara teman kami. Alhasil kami bisa mengeksplor Jogja lebih banyak tempat. Kalau di Jogjakarta kita tidak akan lepas dari budaya dan peninggalan bersejarah yang melekat. Kami akan mencoba menjelajahi itu.


Hari ke-1: Tujuan pertama kami adalah ke Magelang tepatnya ke Candi Borobudur. Walaupun ini sudah biasa dikunjungi tapi katanya gak sah kalau belum ke sini. Maka dengan perjalanan yang cukup jauh, kami berangkat ke sana. Tetiba di sana sekitar pukul 10 siang, di mana cuaca pagi itu sangat berbahagia alias cerah. Sunblock mana Sunblock :D. Kacamata hitam dan payungpun sudah melekat. Dengan suasana yang long weekend maka kami harus rela bercengkrama sama alam dan orang-orang yang berlibur. Masya Allah, itu yang pertama kali saya ucapkan ketika candi tersebut terlihat dari bawah. Setelah belasan tahun saya tidak ke sana. Suasana penuh orang-orang dan cuaca panas membuat sedikit tidak nyaman. Niat saya adalah patang menyerah, kalau sudah sampai di sana harus naik sampai atas candi lalu selfie dan foto-foto. hahhaha  Sayangnya, candi Borobudur ini pasca gempa dan abu merapi beberapa tahun lalu membuat candi ini jadi terlihat kurang terawat. Ada beberapa kepala arca candi ini yang hilang atau ada kepala arca, arca sudah diperbaiki ulang, relief yang sudah memudar, dan stupa yang diperbaiki. Maka dari itulah hanya kita sendirilah yang bisa dan harus melestarikannya.

Saya mengulas sedikit tentang sejarah candi Borobudur. Candi Borobudur adalah keajaiban dunia dan merupakan candi Budha terbesar di dunia. Pembangunan candi Borobudur selesai pada abad ke-9 dan merupakan peninggalan Dinasti Syailendra sekitar abad ke-9 di bawah pemerintahan Raja Samaratungga. Jika kita berkunjung ke candi Borobudur, kita akan menemukan sebuah prasasti yang dianggap berhubungan dengan sejarah sertaasal usul candi Borobudur. Prasasti tersebutbernama Prasasti Sri Kahuluan yang merupakan tempat yang biasa digunakan sebagai pemujaan  yang telah berumur 842 Masehi. Dalam buku seorang ahli sejarah, Poerbatjaraka menyebutkan bahwa kata Borobudur tersebut memiliki arti, yaitu Biara Budur yang arti dalam bahasa Jawa kuno adalah Bara artinya besar dan kata budhur yang artinya Buddha. Nah, pada tahun 1365 disebutkan dalam kitab kuno Negarakertagama menyebutkan sebuah kata Budur tersebut. Candi Borobudur sempat terkubur oleh lapisan abu gunung Merapi sekitar tahun 1006 Masehi. Ratusan tahun berlalu pada saat Raffles sebagai wakil Gubernur Inggris, candi Borobudur ini ternyata ditemukan kembali berada di balik hutan yang sangat lebat. Sekitar tahun 1970-an dibantu oleh UNESCO melakukan restorasi besar-besaran untuk candi Borobudur. Lalu, pada tahun 1991 saat ini candi Borobudur UNESCO menetapkannya sebagai salah satu situs warisan budaya di dunia.


Di kompleks candi ini terdapat dua museum utama, yaitu Museum Kapal Samudraraksa dan Museum Karmawibhangga. Museum Samudraraksa berisi berbagai koleksi dan informasi mengenai sejarah perdagangan Asia–Afrika pada zaman dahulu, sedangkan Museum Karmawibhangga berisi informasi mengenai pembangunan Candi Borobudur. Tapi kami tidak sempat mengunjungi ke-2 museum tersebut karena harus menuju candi lainnya. Di sebelah selatan candi ada Bukit yang katanya apabila dilihat bentuknya akan menyerupai seseorang dalam posisi tidur. Selain Bukit, masih ada Gunung-gunung lain yang mengelilingi candi megah ini, seperti Sumbing dan Gunung Merapi. Candi Borobudur memiliki ratusan anak tangga yang apabila dinaikki cukup membuat anda langsing apalagi di cuaca panas terik.. hehee :-p Harga untuk masuk ke candi ini tidaklah mahal sekitar Rp30.000 atau 15 USD untuk wisatawan mancanegara. Pengelolaan candi kini sudah membaik dan harap terus diperbaiki, agar warisan budaya ini tetap lestari sampai nanti. 







Setelah menikmati keindahan alam candi Borobudur kami melanjutkan perjalanan menuju Yogyakarta untuk melihat peninggalan sejarah selanjutnya, yaitu Situs Warungboto. Situs ini terletak di Jalan Veteran, Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Situs Warungboto merupakan sebuah tempat peristirahatan Hamengku Buwono II, Peristirahatan Keluarga Kerajaan. Di sini terdapat dua pesanggrahan, yakni sisi barat dan timur. Dikutip dari Tribun Jogja (31/08/16) "Situs ini aslinya bernama Pesanggrahan Rejawinangun. Dulunya pesanggarahan ini adalah sebuah pemandian karena di tempat tersebut pada waktu itu ada sebuah umbul atau sumber mata air," ujar KRT Jatiningrat pada sebuah kesempatan. Terlihat dari bangunannya terdapat sebuah tempat seperti kolam tepat ditengah bangunan tersebut. Ada beberapa bangunan seperti kamar-kamar. Bangunan ini diperkirakan memiliki ukuran yang sangat luas dan megah dulunya. Saat belum menjadi cagar budaya, situs ini tidak terawat. Bangunan telah runtuh dan ditanami lumut pada setiap bangunannya. Kini situs ini telah direnovasi seperti cat dan lantai-lantai disekitarnya sudah baik. Tempat ini seperti wisata lain Yogjakarta, tepatnya Pesanggrahan Taman Sari yang memiliki kolam dan tempat pesanggrahan. Jika ingin mengunjungi situs ini memang agak sulit menggunakan roda empat, karena letaknya berada di dalam jalan sempit/gang di daerah rumah warga. Jadi, bisa meletakkan kendaraan di jalan raya dekat situs ini. Pesanggrahan ini bisa dikunjungi tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun, hanya biaya parkir kendaraan saja. 



sebelum renovasi







Selanjutnya, tujuan kami ke-3 adalah Candi Ijo Kalasan Yogjakarta. Candi Ijo adalah candi yang letaknya paling tinggi di Yogyakarta, di Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Candi Ijo adalah sebuah kompleks percandian bercorak Hindu berada di lereng barat sebuah bukit yang masih merupakan bagian perbukitan Batur Agung, kira-kira sekitar 4 kilometer arah tenggara Candi Ratu Boko. Candi Ijo ini kono katanya memiliki kekuatan misterius di dalamnya. Ada prastasti yang berisikan kutukan-kutukan dalam bahasa sangsekerta. Nah, bagi yang mengamati sejarah dan budaya, terlihat perbedaan dengan candi bercorak Budha dan Hindu, candi ini memiliki relief dan arca bercorak Hindu dan Budha. Terdapat arca nandi atau lembu dimana binatang ini merupakan kendaraan yang dipakai oleh Dewa Siwa. Sedangkan arca-arca lainnya, seperti arca Agastya, Ganesha, dan Durga. Selanjutnya ada relief yang menggambarkan seorang lelaki dan perempuan yang sedang melayang yang menggambarkan Dewa Siwa dan Dewi Parwati sebagai lambang yang berguna untuk mengusir roh jahat. Ini yang juga membedakan antara candi Hindu dan Budha. Memutuskan untuk ke sini karena katanya pemandangan sunset di sini juga indah. Kami tiba di lokasi ini kurang lebih pada jam 17.00, karena tiket masuk telah habis terjual maka kami masuk tanpa tiket. hehe Lokasi ini tutup pada jam 18.00. Alhamdulillah, kami mendapatkan momen tersebut dan diiringin oleh angin yang berhembus kencang. Lokasi ini cukup jauh dari pusat kota dan di atas gunung, itu mengapa pukul 6 sore pengunjung diharapkan sudah tidak ada di Candi Ijo ini. 




Dengan perjalanan yang seharian full, kami memutuskan untuk pulang ke penginapan lebih awal karena "jet leg" sejak pagi. Wisata lainnya dan kuliner akan kita lanjutkan esok hari ~~. Tiba di penginapan lebih cepat membuat saya masih bisa menikmati sinetron India yang ketinggalan kemaren malamnya. :-p *abaikan saja yah.. hahahaa 

to be continue....... (part 2)


0 coment�rios:

Posting Komentar

thanks ya sudah mengunjungi blog saya ;)