Jumat, 22 Juli 2016

, ,

Perempuan dan Kapan Kawin?

Tahun lalu saya pernah menulis tentang topik "Bicara Soal Jodoh". Kali ini saya mengambil topik yang akan menjadi hal yang sedikit 'sensitif'. Semoga tahun depan saya sudah bisa menulis tentang 'menikah'. :D haha Aamiin.. Lebaran adalah hal yang paling deg-deg an untuk menerima berbagai macam pertanyaan yang akan membuat hati kebul. Lebaran memang sudah lewat tapi lebaran berlalupun pertanyaan itu akan tetap ada. Pertanyaan apakah itu? "Kapan Kawin? atau Kapan Menikah"? 

Kapan Menikah? Itu akan menjadi pertanyaan terindah bagi para perempuan atau lelaki single yang sudah menginjak usia "matang" dikalangannya. Mungkin bagi sebagian laki-laki yang masih menginjak kepala 2 akan menanggapinya dengan santai. Masih 28 kok. Nanti aja usia 30 baru nikah. Pacar saya saja belum minta dinikahin. Namun bagi sebagian laki-laki lain mengatakan kalau usia 30 sudah terlalu matang untuk menikah. Saya tidak akan membahas ini pada pihak laki-laki. Mungkin yang lebih 'sensitif' membahas soal ini adalah kepada para perempuan diusianya. 

"Neng, kapan atuh nikah?" "Kapan Kawin tho, ndok"? 

Pertanyaan itu akan menjadi sasaran empuk bagi para perempuan yang belum menikah. Sebut saja usianya berkisar 25 tahun ke atas. Ketika pertanyaan itu diungkapkan reaksinya akan bermacam-macam. Ada yang menanggapinya dengan senyuman, bergegas pergi, mengalihkan perbicangan alias ngeles, ada yang tersipu malu, dan ada juga yang bersikap kurang bersahabat. Mulai dari pernyataan "doakan saja dapat yang terbaik", "Iya nanti yah", kalau engga sabtu ya minggu", "tahun depan", "jodohnya masih dirahasiakan", "semoga yang ini jodohnya", "cariin jodohnya dong..", "Aamiin", "engga tahu nih," atau banyak lainnya. Pertanyaan ini terkesannya sungguh sederhana, tapi berefek luar biasa. Ketika pertanyaan itu terus menghampiri di setiap kesempatan, tak sedikit mereka akan masuk ke kamar diam sejenak, lalu meneteskan air mata. so deep kan. Termasuk saya engga ya? hehe

Siapa sih yang tidak ingin menikah sesegera mungkin. Apalagi melihat para teman, sahabat, dan para sepupunya sudah menikah dan memiliki anak diusia mereka sekarang. Saat dulu mereka gemar menuliskan buku diary atau menuliskan target setiap tahunnya, pasti ada tertuliskan kata "menikah", dan tak sedikit juga target tersebut diulang-ulang setiap tahunnya. Kebanyakan orang tua, apalagi Ibu begitu khawatir apabila anak perempuan diusianya tersebut tak kunjung memiliki pasangan dan menikah. Takut 'kebablasan' katanya, tapi saya yakin setiap perempuan hal itu menjadi prioritas penting untuk mereka pikirkan. 

Banyak faktor sebenarnya yang membuat para perempuan enggan membahas soal tersebut. Ada yang sudah lama berpacaran kemudian mereka tidak ditakdirkan bersama ketika usia mereka sudah masuk kategori matang. Ada yang sudah lama berpacaran kemudian lelaki tersebut belum memberikan kepastian sehingga perempuan masih menunggu. Ada yang sedang mencoba menyembuhkan rasa patah hati karena ditinggalkan, putus, dsb ditengah usia yang sudah matang. Ada yang lebih selektif memilih calon pasangan hidup karena traumatik dalam kehidupannya. Ada yang mengatakan saya belum cukup 'siap' menjadi calon istri dan ibu kelak, namun bukan berarti ia tak ingin menikah. Ada yang sedang berjuang mencari pasangan hidup ketika masa lalu terus menghampirinya. Ada yang sedang berusaha memberikan pasangan hidup sesuai dengan yang diinginkan orang tuanya. Ada juga yang sudah 'mahir' dalam menghadapi situasi seperti ini.

Semua itu terjadi karena ada hal-hal yang menurut saya orang lain tidak tahu. Tidak semua perempuan terbuka soal ini. Para perempuan itu sedang berusaha untuk mewujudkan dan menjawab semua pertanyaan "kapan kawin". Banyak usaha yang mungkin sedang dia lakukan dengan jatuh bangun. Para perempuan yang notabene sudah sarjana, punya pekerjaan, punya usaha, usianya matang, apalagi yang akan ditanya, kalau bukan kapan nikah? heuheuehe soalnya sudah tak ada lagi pertanyaan yang bisa ditanyakan. Dibalik pertanyaan itu kadang hatinya begitu sensitif. Bagi para perempuan kebanyakan, ini menjadi begitu sensitif karena 'masa' mereka yang tak panjang, jikalau tidak menikah diusia yang masih muda. Banyak pertimbangan yang mereka pikirkan. Ada juga para perempuan yang menikmati hidupnya dengan selow namun siapa yang tahu dalam hatinya bergejolak untuk segera menikah. Nah, kalau diajak berbincang dengan para sahabat, mereka akan lebih memaknai pertanyaan "kapan kawin" dalam sebuah candaan dan motivasi. Termasuk saya ;) 

Saya menyukai petikan ini:
"jika berjodohtuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. termasuk "kebetulan-kebetulan" yang menakjubkan."  -Tere Liye

Bagi sebagian perempuan ketika dirasa semua sudah bagian dari garis hidupnya untuk ditakdirkan dengan laki-laki yang dulu tak pernah disangka, dia akan menerimanya dengan tulus bahkan akan sangat mencintainya. Saya percaya sekali bahwa Tuhan tidak pernah menolak doa-doa yang setiap kali diminta sama Hambanya. Tenang bu, semua pasti bahagia. Ibu teruslah berdoa dan bersabar. Jodoh itu soal tulang rusuk, kalau tidak cocok ya tidak akan pernah bersama bila dipaksa sekalipun. Ia takkan pernah tertukar karena sudah dipasang-pasangkan. Jikalau belum ada bukan berarti berhenti. Jikalau kami bukan dengan pasangan sekarang, mungkin yang lain itu paling baik yang diberikan Tuhan. Menikah bukanlah sebuah perlombaan, tapi bagaimana memaknai kebahagian itu saat bersama. Sekarang sih lebih kepada intropeksi diri. Harus lebih banyak ikhtiar, sabar, menyempurnakan ibadah, dan ini cuma masalah waktu saja toh? ;) Doakan saja. 

Jodoh sesaat lagi tiba ketika diri merendah. Ketika hati berpasrah. Hingga waktu yang telah ditulis di lauhul mahfudz itu membumi... -Setia Furqon Kholid
from google

10 komentar:

  1. amiiin.
    pastilah Tuhan sedang menyusun skenario terbaik :)

    aku doain skenarionya segera dirilis :)

    BalasHapus
  2. Aku termasuk orang yang males ikutan kumpul keluarga. Meski udah nikah... sejak muda, hehe... Pertanyaan yg "annoying" itu akan ada terus.. Kapan punya anak cowok? Kapan beli rumah? Beli mobil? Kenapa anaknya homeschooling? Dst... jadi, harus sebisa mungkin enjoy dg segala macam pertanyaan yg tak patut dipertanyakan.

    BalasHapus
  3. Anggap aja kalau ditanya 'kapan' itu berarti masih ada yang 'perhatian' :')

    BalasHapus
  4. Udah kebal ditanya begitu

    *padahal ujungnya melipir ke kamar untuk mewek hahah*

    Kalem lah, engke ge aya jodoh yang terbaiks

    BalasHapus
  5. Kakak perempuanku setelah lulus kuliah dulu jadi korban pertanyaan kapan kawin. Dia hanya menjawab dengan senyum dan mengatakan akan bertemu jodoh yang baik kelak. Akhirnya betul-betul menikah diumur 27 yang menurut tetangga sudah cukup tua. Senangnya dia berjodoh dengan lelaki baik hati tanpa proses pacaran.

    Sejujurnya, saya sering bertanya tanya kenapa teman-teman perempuan masih belum menikah dan berusaha menemukan jawabannya. Bukan untuk apa-apa, biar aku tahu dan mengerti perasaan teman tersebut. Saya menemukan jawabannya ditulisan ini. Tulisan yg bagus.

    BalasHapus
  6. @bangharahap: terima kasih hehee..:') semoga dengan baca ini jadi tau jawabannya. hahahaa

    @berbagicerita: iyaahh bener. toh waktu dan jodoh yang baik akan segera tiba :D

    @t'reta: iyaa setuju... bagi sebagian mereka ada yang ga begitu 'sanggup' menerima pertanyaan itu, mgkin sebabnya macem-macem hehehe

    @t'chika: hmhm... karena pertanyaan kapan gak akan pernah berhenti.. hehehe

    BalasHapus
  7. pertanyaan "kapan kawin?" tuh sama hal nya kalau kita tanya "kapan mati?", karena semu hal terkait jodoh, anak, mati, itu mutlak Allah yang tau, gak ada satu orang pun yang tau soal itu. Allah gak tidur teh, percaya nikmat nya ketemu jodoh di waktu yang pas itu sama hal nya ketika kita lapar ketemu nasi padang. jadi kalo ada yg nanya "kapan kawin?", teh dedeph nanya balik aja "kapan mati?" oopss... heheh.. becanda

    BalasHapus
  8. Masing-masing orang memiliki timing yang beda-beda hehe. Ada yang cepet, baru lulus SMP udah nikah. Dia diam-diam iri liat cewek yang lanjut sekolah sampai kuliah. Ada yang sudah 28 ke atas belum menikah, diam-diam iri melihat yang 23 sudah menikah. Yang 23 iri sama yang 28 karena 28 sudah S2. Atau banyak hal-hal lain. Kita nggak tahu isi hati orang jadi emang lebih baik kontrol diri sebelum nanya :'. Mending kalau difasilitasi dengan dikenalin sama siapa gitu ya, hihihi. Bersyukur dan bersabar memang perlu kerja keras ya Teh huhu...

    BalasHapus
  9. @tehEva: hehhehehe... iyaaa setuju pas lagi laper ketemu nasi padang :-D


    @Sarah: iyaaa but i'm sure that God give us the best time when we ready get it.. :) hehee

    BalasHapus

thanks ya sudah mengunjungi blog saya ;)